NIRAN AZZA


SELAMAT DATANG SILAHKAN LIHAT-LIHAT DAN DIAMBIL YANG ADA HIKMAHNYA

Rabu, 22 Agustus 2012


Dinamis

soleh

DinamisMt sore all wlw udh prnah ku bca
tp ttp ingin ku bca lagi..Ne
crpen..Baca and like ea.. → Kisah
Inspiratif Suami Istri yang
MengharukanA ku membencinya,
itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang
kebersamaankami. Meskipun
menikahinya, aku tak pernah
benar-benar menyerahkan hatiku
padanya. Menikah karena
paksaan orangtua, membuatku membencisuamiku sendiri.Walaupun
menikah terpaksa, aku tak
pernah menunjukkan sikap
benciku. Meskipun membencinya,
setiap hari aku melayaninya
sebagaimana tugasistri. Aku terpaksa melakukan semuanya
karena aku tak punya pegangan
lain. Beberapa kali muncul
keinginan meninggalkannya tapi
aku tak punya kemampuan
finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat
menyayangisuamiku karena
menurut mereka, suamiku adalah
sosok suami sempurna untuk
putri satu-satunya mereka.Ketika
menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala
hal sesuka hatiku. Suamiku juga
memanjakanku sedemikian rupa.
Aku tak pernah benar-benar
menjalani tugasku sebagai
seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku
menganggap hal itu sudah
seharusnya setelah apa yang
ialakukan padaku. Aku telah
menyerahkan hidupku padanya
sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua
keinginanku.Di rumah kami, akulah
ratunya. Tak ada seorangpun
yang berani melawan. Jika ada
sedikit saja masalah, aku selalu
menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang
diletakkan di tempat tidur, aku
sebal melihat ia meletakkan
sendok sisa mengaduk susu di
atas meja dan meninggalkan
bekas lengket,aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun
hanya untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Aku marah kalauia
menggantung bajunya di
kapstock bajuku, aku juga marah
kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya denganrapi, aku
marah kalau ia menghubungiku
hingga berkali-kali ketika aku
sedang bersenang-senang
dengan teman-temanku.Tadinya
aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja,
tapi aku tak mau mengurus anak.
Awalnya dia mendukung dan
akupun ber-KB dengan pil. Tapi
rupanya ia menyembunyikan
keinginannya begitu dalam sampai suatu hariaku lupa minum pil KB
dan meskipun ia tahu ia
membiarkannya. Akupun hamil dan
baru menyadarinya setelahlebih
dari empat bulan, dokterpun
menolak menggugurkannya.Itulah kemarahanku terbesar padanya.
Kemarahan semakin bertambah
ketika aku mengandung sepasang
anak kembar dan harus
mengalami kelahiran yang sulit.
Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku
tidak hamil lagi. Dengan patuh ia
melakukan semua keinginanku
karena aku mengancam akan
meninggalkannya bersama kedua
anak kami.Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa
berulangtahun yang ke-delapan.
Sepertipagi-pagi sebelumnya, aku
bangun paling akhir. Suami dan
anak-anak sudah menungguku di
meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi
dan mengantar anak-anak ke
sekolah. Hari itu, ia mengingatkan
kalau hari itu ada peringatan
ulang tahun ibuku. Aku hanya
menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-
katanya yang mengingatkan
peristiwa tahun sebelumnya, saat
itu aku memilih ke mal dan tidak
hadir diacara ibu. Yaah, karena
merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci
kedua orangtuaku.Sebelum ke
kantor, biasanya suamiku
mencium pipiku saja dandiikuti
anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga
memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut.
Aku berusaha mengelak dan
melepaskan pelukannya. Meskipun
akhirnya ikut tersenyum bersama
anak-anak. Ia kembali mencium
hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat
untukpergi.Ketika mereka pergi,
akupun memutuskan untuk ke
salon. Menghabiskan waktu ke
salon adalah hobiku. Aku tiba di
salonlanggananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu
salah satu temanku sekaligus
orang yang tidak kusukai.
Kamimengobrol dengan asyik
termasuk saling memamerkan
kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon,
namun betapa terkejutnya aku
ketika menyadari bahwa
dompetku tertinggal di rumah.
Meskipun merogoh tasku hingga
bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas.
Sambil berusaha mengingat-ingat
apa yang terjadi hingga
dompetku tak bisa kutemukan
aku menelepon suamiku dan
bertanya.“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan
aku tak punya uang kecil maka
kuambil dari dompetmu. Aku lupa
menaruhnya kembali ke tasmu,
kalau tidak salah aku letakkan di
atas meja kerjaku.”Katanya menjelaskan dengan
lembut.Dengan marah, aku
mengomelinya dengan kasar.
Kututup telepon tanpa
menunggunya selesai bicara. Tak
lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih
kesal, akupun mengangkatnya
dengan setengah membentak.
“Apalagi??”“Sayang, aku pulang
sekarang, aku akan ambil dompet
dan mengantarnya padamu. Sayangsekarang ada dimana?”
tanya suamiku cepat , kuatir aku
menutup telepon kembali. Aku
menyebut nama salonku dan
tanpa menunggu jawabannya lagi,
aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan
mengatakan bahwa suamiku akan
datang membayarkan tagihanku.
Si empunya Salon yang sahabatku
sebenarnya sudah
membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa
membayarnya nanti kalau aku
kembali lagi. Tapi rasa malu
karena “musuh”ku juga ikut
mendengarku ketinggalan dompet
membuatku gengsi untuk berhutang dulu.Hujan turun
ketika aku melihat keluar dan
berharap mobil suamiku segera
sampai. Menit berlalu menjadi jam,
aku semakintidak sabar sehingga
mulai menghubungi handphone suamiku.Tak ada jawaban
meskipun sudah berkali-kali
kutelepon. Padahal biasanya
hanya dua kali berdering
teleponku sudah diangkatnya.
Aku mulai merasa tidak enak dan marah.Teleponku diangkat setelah
beberapa kali mencoba. Ketika
suara bentakanku belum lagi
keluar, terdengar suara asing
menjawab telepon suamiku.
Akuterdiam beberapa saat sebelumsuara lelaki asing itu
memperkenalkan diri, “selamat
siang, ibu. Apakah ibu istri dari
bapak armandi?” kujawab
pertanyaan itu segera. Lelaki
asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku
mengalami kecelakaan dan saat
ini ia sedang dibawa ke rumah
sakit kepolisian. Saatitu aku
hanya terdiam dan hanya
menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok
dengan bingung. Tanganku
menggenggam erat handphone
yang kupegang dan beberapa
pegawai salon mendekatiku
dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat
seputih kertas.Entah bagaimana
akhirnya aku sampai di rumah
sakit. Entah bagaimana juga
tahu-tahu seluruh keluarga hadir
di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa
menunggu suamiku di depan
ruang gawat darurat. Aku tak
tahu harus melakukan apa
karena selama ini dialah yang
melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah
menunggu beberapa jam, tepat
ketika kumandang adzan maghrib
terdengar seorang dokter keluar
dan menyampaikan berita itu.
Suamiku telah tiada.Ia pergi bukan karena kecelakaan itu
sendiri, serangan stroke-lah yang
menyebabkan kematiannya.
Selesai mendengar kenyataan itu,
aku malah sibuk
menguatkankedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock.
Samasekali tak ada airmata
setetespun keluar di kedua
mataku. Aku sibuk
menenangkanayah ibu dan
mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat
tetapi kesedihan mereka sama
sekali tak mampu membuatku
menangis.Ketika jenazah dibawa
ke rumah dan aku duduk di
hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru
kali inilah aku benar-benar
menatap wajahnya yang tampak
tertidur pulas. Kudekati wajahnya
dan kupandangi dengan seksama.
Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia
berikan padaku selama sepuluh
tahun kebersamaan kami.
Kusentuh perlahan wajahnya
yang telah dingin dankusadari
inilah kali pertama kaliaku menyentuh wajahnya yang dulu
selalu dihiasi senyum hangat.
Airmata merebak dimataku,
mengaburkan pandanganku. Aku
terkesiap berusaha mengusap
agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku
ingin mengingat semua bagian
wajahnya agar kenangan manis
tentang suamiku tak berakhir
begitu saja. Tapi bukannya
berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku.
Peringatan dari imam mesjid yang
mengatur prosesi pemakaman
tidak mampu membuatku berhenti
menangis. Aku berusaha
menahannya, tapidadaku sesak mengingat apa yang telah
kuperbuat padanya terakhir kali
kami berbicara.Aku teringat
betapa aku tak pernah
memperhatikan kesehatannya.
Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu
mengatur apayang kumakan. Ia
memperhatikan vitamin dan obat
yang harus kukonsumsi terutama
ketika mengandung dan setelah
melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur,
bahkan terkadang menyuapiku
kalau aku sedang malas makan.
Aku tak pernah tahu apa yang ia
makan karena aku tak pernah
bertanyaBahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak
disukai. Hampir seluruh keluarga
tahu bahwa suamiku adalah
penggemar mie instant dan kopi
kental. Dadaku sesak
mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie
instant karena aku hampir tak
pernah memasak untuknya. Aku
hanya memasak untuk anak-anak
dan diriku sendiri. Aku tak perduli
dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan
masakanku hanya kalau
bersisa.Iapun pulang larut malam
setiap hari karena dari
kantorcukup jauh dari rumah. Aku
takpernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih
dekat ke kantornya karena tak
mau jauh-jauh dari tempat
tinggal teman-temanku.Saat
pemakaman, aku tak mampu
menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnyahilang
bersamaan onggokan tanah yang
menimbun. Aku tak tahu apapun
sampai terbangundi tempat tidur
besarku. Aku terbangun dengan
rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku
membujukku dengan sia-sia
karena mereka tak pernah tahu
mengapa aku begitu terluka
kehilangan dirinya.Hari-hari yang
kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang
selama ini kuinginkan tetapi aku
malah terjebak di dalam keinginan
untuk bersamanya. Di hari-hari
awal kepergiannya, aku duduk
termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu
mertuaku membujukku makan.
Tetapi yang kuingat hanyalah
saat suamiku membujukku makan
kalau aku sedang mengambek
dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak
memanggilnya seperti biasa
danketika malah ibuku yang
datang,aku berjongkok menangis
di dalam kamar mandi berharap
iayang datang. Kebiasaanku yangmeneleponnya setiap kali aku
tidak bisa melakukan sesuatu
dirumah, membuat teman
kerjanya kebingungan menjawab
teleponku. Setiap malam aku
menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku
terbangun dengan sosoknya di
sebelahku.Dulu aku begitu kesal
kalau tidur mendengar suara
dengkurannya, tapi sekarang aku
bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu
aku kesal karena iasering
berantakan di kamar tidur kami,
tetapi kini aku merasa kamar
tidur kami terasa kosong dan
hampa. Duluaku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan
meninggalkannya di laptopku
tanpa me-log out, sekarang aku
memandangi komputer, mengusap
tuts-tutsnya berharap bekas
jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka
ia membuat kopi tanpa alas
piringdi meja, sekarang bekasnya
yang tersisa di sarapan pagi
terakhirnyapun tidak mau
kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya,
sekarang dengan mudah
kutemukan meski aku berharap
bisa mengganti kehilangannya
dengan kehilangan remote. Semua
kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia
mencintaiku dan aku sudah
terkena panah cintanya.Aku juga
marah pada diriku sendiri, aku
marah karena semua kelihatan
normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-
bajunya masih di sana
meninggalkan baunya yang
membuatku rindu. Aku marah
karena tak bisa menghentikan
semua penyesalanku. Aku marahkarena tak ada lagi yang
membujukku agar tenang, tak
ada lagi yang mengingatkanku
sholat meskipun kini kulakukan
dengan ikhlas. Aku sholat karena
aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-
nyiakan suami yang dianugerahi
padaku, meminta ampun karena
telah menjadi istri yang tidak baik
pada suami yang begitu
sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi
sedikit.Cinta Allah padaku
ditunjukkannya dengan begitu
banyak perhatian dari keluarga
untukku dan anak-anak. Teman-
temanku yang selama ini kubela- belain, hampir tak pernah
menunjukkanbatang hidung
mereka setelah kepergian
suamiku.Empat puluh hari setelah
kematiannya, keluarga
mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak
yang menungguku dan harus
kuhidupi. Kembali rasa bingung
merasukiku. Selama ini aku tahu
beres dan tak pernahbekerja.
Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini
aku tak pernah peduli, yang
kupedulikan hanya jumlah
rupiahyang ia transfer ke
rekeningku untuk kupakai untuk
keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah
bersisa. Dari kantor tempatnya
bekerja, aku memperoleh gaji
terakhir beserta kompensasi
bonusnya. Ketika melihatnya aku
terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya
ditransfer ke rekeningku selama
ini. Padahal aku tak pernah
sedikitpun menggunakanuntuk
keperluan rumah tangga.Entah
darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga karena aku tak
pernah bertanya sekalipun soal
itu.Yang aku tahu sekarang aku
harus bekerja atau anak-anakku
takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi
bonusnya takkan cukup untuk
menghidupi kami bertiga. Tapi
bekerja di mana? Aku hampir tak
pernah punya pengalaman sama
sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.Kebingunganku terjawab
beberapa waktu kemudian.
Ayahku datang bersama seorang
notaris. Ia membawa banyak
sekali dokumen. Lalu notaris
memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia
mewariskan seluruh kekayaannya
padaku dan anak-anak, ia
menyertai ibunya dalam surat
tersebut tapi yang membuatku
tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya
untukku.Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus
meninggalkanmu terlebih dahulu,
sayang. maaf karena harus
membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf
karena aku tak bisa
memberimucinta dan kasih sayang
lagi. Allah memberiku waktu yang
terlalu singkat karena
mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah
kulakukan untukmu.Seandainya
aku bisa, aku ingin mendampingi
sayang selamanya. Tetapi aku tak
mau kalian kehilangan kasih
sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi
sedikit untuk kehidupan kalian
nanti. Aku tak ingin sayang susah
setelah aku pergi. Tak banyak
yang bisa kuberikan tetapi aku
berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk
membesarkan dan mendidik anak-
anak. Lakukan yang terbaik
untuk mereka, ya sayang.Jangan
menangis, sayangku yang manja.
Lakukan banyak haluntuk membuat hidupmu yang terbuang
percuma selama ini. Aku memberi
kebebasan padamuuntuk
mewujudkan mimpi-mimpi yang
tak sempat kau lakukan selama
ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga
Tuhan memberimu jodoh yang
lebih baik dariku.Teruntuk Farah,
putri tercintaku. Maafkan karena
ayah tak bisa mendampingimu.
Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku.
Jagalah Ibu dan Farah. Jangan
jadi anak yang bandel lagi dan
selalu ingat dimanapun kalian
berada, ayah akan disana
melihatnya. Oke, Buddy!Aku terisak membaca surat itu, ada
gambar kartun dengankacamata
yang diberi lidah menjulur khas
suamiku kalau ia mengirimkan
note.Notaris memberitahu bahwa
selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan
deposito dari hasil warisan ayah
kandungnya. Suamiku membuat
beberapa usaha dari hasil
deposito tabungan tersebut dan
usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-
orang kepercayaannya. Aku
hanya bisa menangis terharu
mengetahui betapa besar
cintanya pada kami, sehingga
ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami
dengancinta . Aku tak pernah
berpikir untuk menikah lagi.
Banyaknya lelaki yang hadir tak
mampu menghapus sosoknya
yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya
kuabdikan untuk anak-anakku.
Ketika orangtuaku dan mertuaku
pergi satu persatu
meninggalkanku selaman-lamanya,
tak satupun meninggalkan kesedihan sedalamkesedihanku
saat suamiku pergi.Kini kedua
putra putriku berusia duapuluh
tiga tahun. Dua hari lagi putriku
menikahi seorang pemuda dari
tanah seberang. Putri kami bertanya,“Ibu, aku harus
bagaimana nantisetelah menjadi
istri, soalnya Farah kan ga bisa
masak, ga bisa nyuci, gimana ya
bu?”Aku merangkulnya sambil
berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu,
cintailah apa yang ia miliki dan
kau akan mendapatkan
segalanya. Karenacinta , kau
akan belajar menyenangkan
hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar
bahwa sebesar apapun persoalan,
kalian akan menyelesaikannya
atas namacinta .” Putriku
menatapku, “seperti cinta ibu
untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada
ayah sampai sekarang?”Aku
menggeleng, “bukan, sayangku.
Cintailah suamimu seperti ayah
mencintai ibu dulu, seperti ayah
mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karenacinta ayah
yang begitu besar pada ibu dan
kalian berdua.”Aku mungkin tak
beruntung karena tak sempat
menunjukkan cintaku pada
suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk
membencinya, tetapi
menghabiskan hampir
sepanjangsisa hidupku untuk
mencintainya.Aku bebas darinya
karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya
yang begitu tulus.- T A M A T -

crpen mengharukan...Mt sore all wlw udh prnah ku bca tp ttp ingin ku bca lagi..Ne crpen..Baca and like ea.. → Kisah Inspiratif Suami Istri yang MengharukanA ku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaankami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membencisuamiku sendiri.Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugasistri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangisuamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ialakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket,aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalauia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya denganrapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hariaku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelahlebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulangtahun yang ke-delapan. Sepertipagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata- katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir diacara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dandiikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untukpergi.Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salonlanggananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kamimengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.”Katanya menjelaskan dengan lembut.Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayangsekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakintidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku.Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Akuterdiam beberapa saat sebelumsuara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saatitu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada.Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkankedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Samasekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkanayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dankusadari inilah kali pertama kaliaku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapidadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apayang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanyaBahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa.Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantorcukup jauh dari rumah. Aku takpernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnyahilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangundi tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa danketika malah ibuku yang datang,aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap iayang datang. Kebiasaanku yangmeneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu dirumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena iasering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Duluaku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piringdi meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju- bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marahkarena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia- nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit.Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman- temanku yang selama ini kubela- belain, hampir tak pernah menunjukkanbatang hidung mereka setelah kepergian suamiku.Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernahbekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiahyang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakanuntuk keperluan rumah tangga.Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimucinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak- anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak haluntuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamuuntuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengankacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang- orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengancinta . Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalamkesedihanku saat suamiku pergi.Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya,“Ibu, aku harus bagaimana nantisetelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karenacinta , kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas namacinta .” Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karenacinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjangsisa hidupku untuk mencintainya.Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.- T A M A T -

Dinamis

RADAR JAMBI COM: CEWEK SINTING NGEBLOG SAMBIL JUAL DIRI ALIAS JADI ...

RADAR JAMBI COM: CEWEK SINTING NGEBLOG SAMBIL JUAL DIRI ALIAS JADI ...: RADAR JAMBI Gila Ini Cewek Blogger merangkap jadi wanita panggilan foto vidio blogger merangkap jadi wanita panggilan, Wow..Bene...

Udah ah,.ne intinya aq mau share.,.prMainan bru
..Saya punya seorang teman
yang katanya ibunya bisa
membaca garis tangan. Konon
garis tangan kita menunjukkan
takdir yang telah kita jalani,
saat ini dan masa depan. Ilmu membaca garis tangan atau
Palmistry menguraikan
peruntungan yang lebih detail
seperti rezeki, jodoh dan
kesehatan. Seorang teman
yang dibaca garis tangannya oleh ibu seorang teman
dibilang kalo dia bakal beristri
dua. Mendengar itu, dia
langsung berkomentar, kalo
bisa jangan dua, tapi tiga atau
empat… Meski cuma bercanda tapi hal itu baginya mungkin
tidak masalah, tapi tentu jadi
masalah terbesar bagi istrinya
nanti. Dan mungkin saja di
tangan calon istrinya ada garis
yang menunjukkan bahwa ia bakal dimadu.
Ajaran Budha mengemukakan
bahwa ramalan nasib bisa
diubah dengan tekad kita
sendiri. Tingkat kebenarannya
relatif, mirip ramalan cuaca. Bisa jadi benar, bisa jadi salah
karena dipengaruhi faktor-
faktor lain. Masa depan
seseorang tidak ditentukan
oleh garis tangan, tetapi
banyak ditentukan oleh kombinasi tindakannya di masa
lalu dan saat ini Seperti teman
tadi, garis tangannya juga
dipengaruhi kepribadiannya.
Kecenderungannya untuk
mempunyai dua istri paling tidak juga terlihat ketika ia
masih suka flirting meski sudah
punya pacar. Teman lain yang
juga ikut dibaca diberi tahu
kalo suaminya nanti orangnya
tidak banyak tingkah, tapi dianya yang iya (kebetulan
kami mengenal pacarnya dan
memang orangnya tenang).
Sifat teman tadi dalam
pergaulan sehari-hari memang
agak cerewet dan mudah terpancing emosi. Perlu
diketahui, pembaca garis
tangan tadi tidak mengetahui
sikap dan pola sehari-hari dua
teman tadi. Anak si ibu
pembaca garis tangan yang turut dibaca pun jadi
kehilangan semangat dan
merasa sia-sia pacaran ketika
diprediksi kalo suaminya akan
selingkuh. Padahal ia sudah
akan menikah. (Konon masa lajang ada pada satu tangan
dan ketika sudah menikah ada
pada tangan satunya, tapi
saya lupa yang mana…hehe).
Tak ada orang yang mau
punya nasib buruk. Lantas, bisakah garis tangan diubah?
Bagaimana kalau anda
mengetahui sesuatu di masa
depan yang tak
menyenangkan dan ternyata
ada nasib buruk yang menunggu kita di sana, apa
yang harus kita lakukan?
Menunggu itu terjadi atau
mencoba untuk mengubahnya?
Gimana kamu memandang
seseorang yang kamu sayangi saat ini dan mengetahui kalo
dia akan menyakitimu suatu
saat? Apakah kamu akan
tetap menyayanginya seperti
sebelumnya? Bisakah takdir itu
diubah karena konon yang sudah tertulis di garis tangan
kita pasti akan terjadi. Tapi
bukankah katanya jodoh, maut
dan rezeki itu ada di tangan
Tuhan? Berarti bukan pada
tangan kita dong… Sedangkan Allah SWT berfirman tak akan
mengubah nasib suatu kaum
jika kaum itu sendiri tak
mengubahnya. Rezeki harus
dicari, kalo ga siapa yang mau
ngasih? Tapi kalo udah dicari maksimal jatuhnya ke orang
lain juga, berarti itu emang ga
bisa dihindari… Dalam Islam, ada
Rukun Iman terakhir yaitu
percaya pada Qadha dan
Qadhar. Ada takdir kecil dan takdir besar. Takdir yang bisa
dihindari dan takdir yang
harus terjadi. Mungkin jika
diandaikan hidup kita seperti di
dalam sebuah labirin,
kemanapun kita melangkah akan menemui pilihan berupa
pintu-pintu yang akan
menuntun kita menuju pilihan
atau pintu lain. Takdir yang
bisa dihindari akan membawa
kita ke hasil yang berbeda sesuai dengan pilihan kita. Tapi
takdir yang tak bisa dihindari
tetap akan menunggu di pintu
manapun yang kita pilih.
Seperti kematian, apapun yang
kita lakukan untuk mencegahnya dan kemanapun
kita bersembunyi, kematian
senantiasa akan menemukan
kita. Jika anda mengetahui apa
yang ada di hadapan anda,
maka terserah kepada pilihan anda di masa ini untuk
mempersiapkan mental,
menerima masa depan dan
berdamai dengan hati sebelum
anda harus melakukannya.
Namun sebaik apapun persiapan kita, tetap saja
tidak akan mudah ketika itu
benar-benar terjadi. Jika anda
mengetahui tentang masa
depan anda, sedikit dari apa
yang orang bilang pada anda, apakah anda harus
membiarkannya
menghancurkan saat ini dan
membuat anda menjadi tidak
bahagia sebelum hal itu benar-
benar terjadi? Karena Tuhan telah mencoba kita begitu
sering sebelumnya dan tak
akan berhenti sampai di situ
saja. Adanya cobaan
memperlihatkan bahwa kita
tidak memiliki kuasa atas segala sesuatu. Bahkan
terhadap diri kita sendiri,
kadang hati merasakan apa
yang tidak ingin dirasakan.
Akal dan hati sering tidak
sejalan walau berada pada tubuh yang sama.
Waktu yang akan
memperlihatkan kebenaran
akan apa yang akan benar-
benar terjadi selanjutnya. Kita
hanya bisa berharap itu adalah salah satu takdir buruk yang
bisa diubah dengan usaha dan
do’a. Jangan berhenti
berdo’a, karena do’a adalah
senjata orang mukmin.
Kesimpulan yang saya dapat dari pembacaan garis tangan
yang dilakukan si ibu tadi, jika
ada hal-hal yang tidak kita
sukai dari garis tangan kita,
mungkin itu karena sikap dan
kepribadian diri kita sendiri. . . Si ibu pun bilang jangan terlalu
percaya dan diambil hati.
Sesuatu yang tidak mungkin
bisa saja terjadi jika Tuhan
menghendaki, atau sebaliknya.
Kadang hal buruk terjadi karena kesalahan kita sendiri.
Dan perlu sesuatu yang
menyakitkan supaya kita
mengetahuinya dan mulai
memperhatikan. Untuk
merubahnya, kita pun2a harus mulai dengan merubah diri
sendiri dulu. Setuju

RADAR JAMBI COM: CEWEK SINTING NGEBLOG SAMBIL JUAL DIRI ALIAS JADI ...

RADAR JAMBI COM: CEWEK SINTING NGEBLOG SAMBIL JUAL DIRI ALIAS JADI ...: RADAR JAMBI Gila Ini Cewek Blogger merangkap jadi wanita panggilan foto vidio blogger merangkap jadi wanita panggilan, Wow..Bene...

Dinamis

RADAR JAMBI COM: CEWEK SINTING NGEBLOG SAMBIL JUAL DIRI ALIAS JADI PSK

RADAR JAMBI COM: CEWEK SINTING NGEBLOG SAMBIL JUAL DIRI ALIAS JADI PSK

Dinamis

Cara Membuat / Memasang ShoutCamp di Blog

CHRISTIAN TATELU: Cara Membuat / Memasang ShoutCamp di Blog: Cara Pasang ShoutCamp di Blog - Awal tahun ini merupakan awal yang paling membosankan bagi para pengguna chatbox atau buku tamu shuotmix....

Dinamis

Selasa, 21 Agustus 2012

SyakaL indah™: 5 MENU KEREN SYMBIAN V.2

SyakaL indah™: 5 MENU KEREN SYMBIAN V.2: Udah lama gak posting maklum bulan puasa,dan juga lagi sibuk ngurus anak kembar,ya udah deh tanpa basa basi lagi akan kubagikan aplikasi cha...

Dinamis